PesisirNasional.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mendatangi Desa Wisata Koto Mesjid yang terletak di kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Minggu (12/9).
Desa Wisata Koto Mesjid ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Patin. Sebab, kampung itu memiliki budidaya ikan patin yang sudah dikenal. Sehingga desa ini mempunyai moto ‘tiada rumah tanpa kolam'.
Hampir setiap rumah yang ada di Kampung Patin memiliki paling tidak satu kolam patin. Dalam sebulan masyarakat setempat dapat memanen 390 hingga 400 ton ikan patin.
“Hari ini kita melihat bahwa Desa Wisata Koto Mesjid sudah menjadi inspirasi, sudah menjadi satu semangat kita semua untuk kebangkitan ekonomi, khususnya ekonomi masyarakat lokal. Desa Wisata Koto Mesjid membuktikan bahwa dengan memanfaatkan potensi kearifan lokal dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kemajuan suatu desa,” kata Sandiaga.
Sandi berharap, kuliner hasil olahan ikan patin di Provinsi Riau ini bisa memperluas pasar dan mengekspor ikan patin agar dapat merajai pasar global.
“Karena ikan patin Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bergizi tinggi, terutama di Provinsi Riau dibandingkan dengan jenis ikan patin di negara lain,” ucapnya.
Tak hanya sebagai lauk pauk, ikan patin tersebut kemudian diolah masyarakat desa menjadi berbagai macam produk kuliner dengan cita rasa khas dan unik.
Seperti kerupuk kulit patin, abon patin, bakso patin, siomay patin, nuget patin, otak-otak patin, cilok patin, ikan asin patin, batagor patin, hingga es dawet patin, serta ada pula keripik batang pisang dan kelapa jelly (dekla).
Tidak hanya itu saja, produk ekonomi kreatif di Kampung Patin juga sangat menarik. Misalnya saja produk kriya dari hasil olahan bambu, seperti lidi sawit, rotan, dan pandan.
Bahkan para disable (tuna rungu) juga ikut serta dalam program home recycle creative. Di mana, produksi kriya ini memanfaatkan limbah paralon menjadi pot, tempat tisu, baki gelas, hiasan dinding dan piring lidi rotan.
“Desa wisata ini memiliki kekayaan alam yang indah, produk ekonomi kreatif yang otentik dan mampu buka lapangan kerja . Mudah-mudahan dengan adanya program ADWI 2021 ini kita dapat mendorong Kampung Patin sebagai salah satu desa wisata yang berkelas dunia dan berkelanjutan lingkungan,” ujarnya.
Di depan Gubernur Riau Syamsuar dan Bupati Kampar Catur Sugeng, Sandi menargetkan ikan patin menggantikan impor ikan dori dan salmon. Sandi datang dalam rangkaian Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Di mana Kampung Patin terpilih menjadi 50 desa wisata terbaik.
“Ada 1.831 desa wisata berjuang masuk desa wisata. Hari ini Kampar kebanggaan tanah kelahiran saya masuk 50 destinasi desa wisata,” ucapnya.
Sandi menilai banyak potensi desa wisata di Riau yang bisa dikembangkan. Namun saat ini, Desa Koto Masjid atau Kampung Patin memiliki ciri khas tersendiri di dunia pariwisata.
“Jadi kalau kangen Raja Ampat, bisa ke sini di Puncak Kompe karena ini adalah sensasi luar biasa. Maka kita pakai #keriauaja,” katanya.
Menurut Sandi, terdapat peluang untuk memajukan ekonomi warga sekitar. Terutama dengan hasil panen ikan patin yang dimulai dari pembibitan hingga menjadi produk lokal dan bisa diandalkan.
“Alangkah ironinya kita mengimpor dori, salmon. Padahal di sini bisa 30 ton per hari. Hari ini kita canangkan patin harus mampu menggantikan salmon,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Syamsuar mengatakan, masih banyak potensi wisata alam yang bisa dikembangkan. Salah satunya yakni di Pulau Rupat dan Teluk Meranti dengan ombak Bono yang cukup berpotensi menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
“Di Kampar ini banyak wisata alamnya, ada sungai Sebayang. Artinya sangat luar biasa, termasuk daerah-daerah lain di Riau. Mudah-mudahan muncul desa-desa wisata baru yang bisa dibanggakan untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara,” katanya.
Menurut Syamsuar, sebelum pandemi COVID-19 banyak investor datang menemui dirinya. Salah satunya investor luar negeri yang minta dipasok 30 ton ikan patin tiap hari.
“Di Koto Masjid ini, sebelum pandemi ada permintaan 30 ton/hari. Kita siap, investor saat itu serius, tapi kita masih menunggu pandemi,” jelasnya.
Sementara Bupati Kampar, Catur Sugeng mengatakan, Kampung Patin menjadi salah satu destinasi wisata karena didukung kondisi alam yang baik. Salah satunya karena keberadaan Puncak Kompe yang menjadi spot wisata baru bak Raja Ampat.
“Hari ini kita di puncak Kompe, ini luar biasa. Kebanggaan kami. Masyarakat kami sangat bangga dan senang, kami harap kampar bisa lebih maju untuk pariwisatanya,” ucap Catur.
Catur berharap, ke depan ada exit tol di Koto Kampar untuk tol Pekanbaru-Padang. Karena itu diharapkan bisa mendukung destinasi wisata di Kampar.
Bagi wisatawan yang ingin bermalam di Desa Wisata Koto Mesjid tidak perlu khawatir. Karena desa ini memiliki 18 homestay yang diberi nama homestay patin 1 hingga 18. Konsep yang diusung homestay yaitu ‘rumah warga’, sehingga wisatawan dapat merasakan tinggal di desa sebagai warga lokal. [ded]
Sumber: Merdeka