Wed. Dec 4th, 2024

PesisirNasional.com – Kontak tembak antara Satuan tugas Madago Raya dan kelompok DPO teroris Poso terjadi, Sabtu 18 September 2021. Kontak tembak tersebut menewaskan dua orang teroris Poso, salah satunya adalah pimpinan teroris Poso, Ali Ahmad alias Ali Kalora, bersama seorang anggotanya, Jaka Ramadhan.

Saat ini sisa anggota MIT yang juga masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) tinggal empat orang. Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.

Menko Polhukam, Mahfud MD sudah mendapatkan laporan bahwa pimpinan Mujahid Indonesia Timur, Ali Kalora tewas ditembak petugas, Sabtu (18/9). Dia pun meminta agar masyarakat tetap tenang.

“Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora yang pernah menggegerkan karena menyembelih banyak warga dengan sadis di Sulteng, setelah buron hampir setahun, hari ini ditembak mati oleh Densus AT/88,” kata Mahfud dalam akun Twitternya, dikutip merdeka.com.

Seperti laporan polisi, Mahfud mengatakan, bukan cuma Ali Kalora yang ditembak mati. Satu lagi anak buahnya juga tewas dalam baku tembak dengan tim di lapangan.

“Ia ditembak bersama seorang anak buahnya yang bernama Ikrimah. Masyarakat harap tenang,” jelas Mahfud.

Sejarah Berdirinya MIT

Mujahidin Indonesia Timur atau umumnya dikenal dengan MIT dikenal sebagai kelompok teroris yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso, Parigi Moutong, dan Sigi, Sulawesi Tengah.

Kelompok ini mulanya dipimpin oleh Santoso atau Abu Wardah Asy Ayarqi. Lahirnya MIT tidak terlepas dari munculnya beberapa kelompok serupa di Indonesia pada perjalanan dekade 2000-an dan dibentuk Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) pada tahun 2008.

Pada tahun 2004, Santoso sempat ditangkap polisi karena melakukan perampokan mobil truk boks yang digunakan untuk fa'i alias dana untuk teror.

Pada 2009, momen yang menjadikan ekstrimisme Santoso mengkristal adalah pertemuannya dengan Yasin dan Abu Tholut. Santoso mengusungkan pentingnya pelatihan militer di Poso.

Berbekal pelatihan dan pemahaman agama yang keras inilah yang membuat Santoso ditunjuk Abu Tholut menjadi penanggung jawab pelatihan militer di Jantho, Aceh pada 2010. Dia sekaligus menjadi Ketua Departemen Pendidikan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), serta Ketua Asykari (Laskar Militer) JAT Cabang Poso pada 2009 dan definitif terbentuk Januari 2011.

Kemudian, Santoso berhasil membuat organisasi dan merekrut pengikut. Dia beberapa kali memimpin aksi penyerangan terhadap aparat di Indonesia. Pada 2010, Santoso dan para pengikutnya menggelar pelatihan militer di dua tempat di wilayah Poso. Di sinilah awal mula MIT berdiri.

7 tahun tak terdengar kabarnya, pada 2011, Santoso terlibat dalam kasus penembakan polisi di depan Bank BCA Palu. Semenjak itu, lelaki kelahiran 1967 itu selalu hampir terkait dengan aksi teror di Indonesia mulai di Bima, Solo hingga Jakarta.

Setelah Santoso tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala pada 18 Juli 2016, kepemimpinan beralih pada Basri. Namun tak lama setelah itu, pemimpin MIT setelah Santoso tersebut tertangkap bersama istrinya pada 14 September 2016.

Kepemimpinan pun dilanjutkan oleh Ali Kalora. Ali bukanlah nama baru dalam organisasi terorisme ini. Ia sudah bergabung dengan MIT pada 2012.

Merdeka.com mencoba merangkum aksi Ali Kalora sejak bergabung dengan MIT:

25 Mei 2011

Ali bersama beberapa anggota MIT melakukan penyerangan dan penembakan ke anggota polisi di Jalan Eni Saenal. Akibatnya dua aparat kepolisian meninggal.

26 Agustus 2012

Ali terlibat aksi penembakan terhadap warga atas nama Noldy Ambulando di Desa Sepe, Poso, Noldy tewas setelah diberondong peluru Ali Kalora.
29 September 2012

Ali dipercaya ikut dalam aksi peledakan bom di Desa Korowou, Kabupaten Morowali.

10 Oktober 2012

Ali kembali terlibat dalam aksi peledakan bom di Kelurahan Kawua, Kabupaten Poso.

16 Oktober 2012

Ali melakukan pembunuhan terhadap dua anggota Polres Poso yaitu Briptu Andi Sappa dan Brigadir Sudirman di dusun Tamanjeka, Kabupaten Poso.

29 September 2012

Ali berlanjut melakukan aksi teror. Dia dipercaya ikut dalam aksi peledakan bom di Desa Korowou, Kabupaten Morowali.

10 Oktober 2012

Ali kembali terlibat dalam aksi peledakan bom di Kelurahan Kawua, Kabupaten Poso.

16 Oktober 2012

Ali melakukan serangkaian pembunuhan terhadap dua anggota Polres Poso yaitu Briptu Andi Sappa dan Brigadir Sudirman di dusun Tamanjeka, Kabupaten Poso.

9 Desember 2014

Bersama dengan kelompoknya, Ali juga sempat melakukan penculikan. Dia menculik warga atas nama Obet Sabola dan pamannya Yunus Penini di Desa Sedoa, Kabupaten Poso.

27 Desember 2014

Ali juga sempat melakukan penyanderaan sekaligus pembunuhan. Dua warga Desa Tamandue, Kabupaten Poso meninggal dalam kejadian ini.

September 2015

Ali mulai melancarkan aksi membunuh dan memutilasi tubuh korban. Kejadian mutilasi pertama Ali yang diketahui aparat. Mutilasi dilakukan terhadap 3 warga di Kabupaten Parigi Moutong.

Dia juga melakukan aksi serupa terhadap warga Desa Salubanga, Parigi Moutong bernama Ronal Batua alias Anang. Serta menembak polisi yang sedang mengevakuasi jasad warga di Desa Salubanga

30 Desember 2018

Ali membunuh seorang laki-laki penambang emas di Parigi Moutong tewas dengan kepala terpisah dari badan.

27 November 2020

Ali melancarkan aksinya dan mengakibatkan empat warga Sigi tewas. Ali bersama kelompoknya menganiaya keluarga beranggotakan 4 orang itu dan membakar rumah mereka bersama 5 bangunan lainnya.

11 Mei 2021

Ali Kalora dan bersama kelompoknya berlanjut saat membunuh dan memutilasi empat petani di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Timur, Poso. Empat petani yang sedang berada di kebun tiba-tiba didatangi sekelompok orang yang diduga Ali Kalora dkk. Mereka kemudian membunuh keempat petani dengan cara dipenggal kepalanya.

18 September 2021

Ali Kalora bersama seorang anggotanya, Jaka Ramadhan tewas dalam kontak tembak antara Satuan tugas Madago Raya.

Reporter Magang: Leony Darmawan [fik]

Sumber: Merdeka