JAKARTA,PesisirNasional- Jarak elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang hari pencoblosan 17 April 2019 kian dekat, itu yang ditunjukkan hasil survei terbaru dari Litbang Kompas.
Berdasarkan survei tersebut, elektabiltas Jokowi-Ma’ruf Amin mengalami penurunan, sementara lawannya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno naik tipis.
Angka ini berbeda dengan survei Litbang Kompas pada Oktober 2018 lalu. Ketika itu, Jokowi-Ma’ruf melesat jauh meninggalkan Prabowo-Sandi. Perolehan suaranya 52,6% berbanding 32,7%.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago berpendapat survei Litbang Kompas yang baru saja dirilis, memperlihatkan persaingan antarkedua pasangan kandidat peserta Pilpres semakin kompetitif dan dinamis.
“Selisihnya sudah 11%, jadi kalau saya lihat kondisi seperti ini, peluang masih sama-sama terbuka,” kata Pangi saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Meski di atas kertas Jokowi masih unggul, namun Pangi melihat tren keterpilihan di masyarakat malah mengarah ke Prabowo.
“Tapi kalau membaca rilis atau survei kan baca tren ke depan, nah artinya elektabilitas Pak Jokowi hari ini mulai tidak aman, sudah terancam,” ucap Pangi.
Kondisi elektablitas Jokowi-Ma’ruf yang di bawah 50%, menurut dia, harusnya dianggap sinyal bahaya. Apalagi mantan Gubernur DKI Jakarta itu merupakan incumbent atau petahana.
Bagi Pangi, seharusnya elektabilitas calon petahana bisa meninggalkan pesaingnya. Contohnya, kata dia, pada Pilpres 2009 lalu. Ketika itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa memperoleh elektabilitas di atas 70%.
“Ini bukan lampu merah lagi, sudah terancam. Jadi, tentu petahana harus berpikir keras untuk melakukan langkah-langkah serius. Jangan kan untuk menaikkan untuk mempertahankan saja susah kan,” tutur Pangi.
Infografis Elektabilitas Jokowi Vs Prabowo Jelang Pilpres 2019. (Liputan6.com/Triyasni)
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily mengaku masih tetap optimistis bakal memenangkan pasangan nomor urut 01 pada Pilpres 2019. Meski dalam survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf menurun.
Ace menganggap, selisih tersebut cukup sulit untuk dikejar. Apalagi, waktu kampanye yang tersisa kurang dari satu bulan.
“Kalau mereka mengejar, tentu kami jauh akan lebih cepat untuk menaikkan elektabilitas. Apalagi jumlah pemilih di Indonesia jumlah sangat banyak dengan jangkauan wilayah yang sangat luas,” kata Ace saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (21/3/2019).
Hasil survei Litbang Kompas semakin melecut TKN dan para relawan untuk bekerja dalam memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf.
“Survei ini tetap sebagai alert bagi kami untuk terus memacu menggerakkan semua elemen tim pemenangan dari partai politik, para relawan, dan seluruh pendukung untuk bekerja menyosialisasikan dan meyakinkan bahwa pasangan kami tetap yang terbaik untuk bangsa Indonesia,” ucap Ace.
Lain halnya dengan anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ahmad Riza Patria. Ia melihat survei Litbang Kompas sebagai antusiasme masyarakat yang ingin melakukan perubahan.
“Sejak dicalonkan Agustus itu naik terus, karena antusias masyarakat terlihat, karena sekarang banyak kecewa dengan janji janji Pak Jokowi, ya milih Prabowo-Sandi,” kata Riza saat dihubungi Liputan6.com.
Sumber: Liputan6.com
Link pyramid, tier 1, tier 2, tier 3
Top – 500 connections with integration embedded in compositions on article domains
Tier 2 – 3000 link Rerouted references
Level 3 – 20000 links mix, posts, posts
Implementing a link pyramid is useful for search engines.
Demand:
One hyperlink to the domain.
Query Terms.
True when 1 search term from the page subject.
Highlight the complementary functionality!
Crucial! First-level connections do not overlap with Tier 2 and Tertiary-order links
A link hierarchy is a instrument for enhancing the movement and referral sources of a online platform or social media platform
Почему Тинькофф банк не переименовали https://e-pochemuchka.ru/pochemu-tinkoff-bank-stal-t-bankom-istoriya-rebrendinga/