Sat. Jan 25th, 2025

Fenomena Ekuinoks Terjadi di Indonesia, Apa Itu?

Fenomena Ekuinoks akan terjadi di Indonesia pada Selasa (21/3) hari ini. Apakah ekuinoks itu sebenarnya?

Ekuinoks adalah fenomena ketika Matahari tepat terbit dari timur dan tenggelam di Barat. Melansir halaman Edusainsa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ekuinoks adalah fenomena ketika Matahari melintasi ekuator Bumi.

“Karena itu, panjang siang dan panjang malam saat ekuinoks tidak terlalu panjang ataupun pendek,” ujar peneliti Pusat Riset dan Antariksa BRIN, Andi Pangerang.

Menurut Andi, ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun. Pertama, pada Maret ketika Kutub Utara mulai condong ke arah Matahari. Kedua, ekuinoks terjadi pada September saat Kutub Selatan mulai condong ke arah Matahari.

“Dikarenakan saat ekuinoks garis batas siang-malam sejajar dengan garis bujur bola Bumi, maka Matahari akan terbit tepat di Timur dan terbenam di Barat,” lanjut Andi.

Untuk Ekuinoks Maret 2023, BRIN menyebut itu terjadi pada 21 Maret pukul 04.24 WIB/05.24 WITA/06.24 WIT. Saat itu terjadi, jarak Matahari-Bumi mencapai 148.981.052 km.

‘Pasangan’ ekuinoks adalah fenomena solstis. Yakni, ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara maupun Garis Balik Selatan, garis khayal pada bola Bumi yang terletak pada lintang yang senilai dengan kemiringan sumbu Bumi yakni 23,44°LU dan 23,44°LS.

Lebih lanjut, Andi mengatakan, ekuinoks dan solstis terjadi karena “kondisi Bumi yang berotasi secara miring terhadap ekliptika sekaligus mengorbit Matahari. Sehingga, ujung sumbu rotasi Bumi selalu menghadap ke arah yang sama yakni Polaris atau bintang kutub (setidaknya hingga dua milenium mendatang, karena mengalami pergeseran bintang kutub,”

Fenomena ekuinoks dan solstis berdampak bagi kehidupan manusia di Bumi. Salah satunya adalah pergantian musim bagi negara-negara subtropis dan berlintang tinggi.

“Secara astronomis, awal musim ditandai dengan ekuinoks dan solstis.”

Saat ekuinoks, kata Andi, intensitas radiasi Matahari yang diterima di ekuator Bumi bernilai maksimum.”

“Demikian halnya saat solstis, meskipun dialami pada lokasi yang berbeda,” lanjutnya.

Efek lainnya adalah kemunculan aurora yang paling berwarna sepanjang tahun di wilayah kutub.

Dikutip dari Space, aurora memuncak di sekitar dua ekuinoks dan menurun sekitar bulan Juni dan Desember, yakni saat titik balik matahari.

Hal itu terjadi akibat penyelarasan medan magnet Bumi. Meskipun kutub-kutub magnet bumi tidak cocok dengan wilayah kutub secara geografis, keduanya tetap miring terhadap Matahari.

Dua kali setahun, di sekitar momen ekuinoks, orbit Bumi membawa medan miring ini ke posisi utama untuk menerima partikel bermuatan yang menyebabkan aurora

Berasal dari Bahasa Latin

Ekuinoks sendiri berasal dari dua kata Bahasa Latin, yakni equinoctis, equum yang bermakna sama; dan noctis yang bermakna malam.

“Secara harfiah, makna ekuinoks ini lebih cocok dengan kondisi Bumi yang mana antara belahan Bumi Utara maupun belahan Bumi Selatan sama-sama menerima radiasi Matahari yang sama besar dan sama durasinya,” ujar Andi.(net/ckp/PNN)